Menara Air Kota Pandeglang
Ditengah
kota Pandeglang, tepatnya di jalan Ciwasiat kelurahan Pandeglang kecamatan Pandeglang
tidak jauh dari Masjid Agung Pandeglang terdapat bangunan berbentuk slindrik
yang berfungsi sebagai menara air(water tower) merupakan hasil
peninggalan pada masa pemerintahan kolonial. Tinggi bangunan ini sekitar 25m
dengan diameter 4m. Pada awal tahun 2007 bangunan mirip thermos raksasa
ini hampir dibongkar untuk pelebaran jalan, tetapi dapat dibatalkan. Bangunan
ini dibangun sekitar tahun 1884, bangunan yang hampir serupa terdapat di
Kabupaten Lebak jarak tempuh untuk mencapai ke lokasi ini sekitar 25 km dari
pusat Ibu Kota Provinsi Banten
Menara Air Pandeglang dibangun setahun setelah Krakatau meletus.
Sebelumnya, Kondisi menara air sangat memperihatinkan, tidak
terawat. Statusnya sebagai benda cagar budaya seperti hanya sebatas sebuah
tulisan. Pemerintah sepertinya kurang peduli terhadap salat satu benda cagar
budaya yang satu ini, lambat laun bangunan ini akan hilang dengan sendirinya
ditelan zaman. kondisi bangunan masih utuh, tetapi tidak difungsikan lagi.
Arsitekturnya dipengaruhi gaya Eropa. Bangunan ini diperkirakan berdiri pada
sekitar tahun 1884. Berfungsi sebagai penyedia air bersih di kota Pandeglang
dan sekitarnya. Bangunan serupa terdapat di Kota Rangkasbitung.
Bangunan ini sudah tidak difungsikan sejak tahun 1990-an (Sumber: Kepala PDAM Pandeglang). Berdinding tebal dan tinggi dengan bahan pondasi dari batu andesit/ batu kali. Plesteran terbuat dari bahan campuran pasir-kapur tanpa semen.
Bangunan ini sudah tidak difungsikan sejak tahun 1990-an (Sumber: Kepala PDAM Pandeglang). Berdinding tebal dan tinggi dengan bahan pondasi dari batu andesit/ batu kali. Plesteran terbuat dari bahan campuran pasir-kapur tanpa semen.
Beberapa waktu lalu,
Pemerintah Kabupaten Pandeglang memutuskan untuk merenovasi bangunan Menara Air. Pemerintah Kabupaten Pandeglang
telah selesai merahabilitasi menara air berasal dari periode pemerintahan
kolonial Belanda. Terletak di sudut kota yang agak tinggi, menara air yang
sudah tidak berfungsi sebagai penampung air bersih di kota Pandeglang, akhir
tahun 2013 kembali dipercantik. Keberadaannya sangat kontras dengan menara
kembar Masjid Agung Ar-Rahman yang berada di sebelah barat laut, memberi nuansa
sejarah pada kota yang pada tahun 1874 ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten
Pandeglang. Prakarsa Pemda ini mestinya menarik stakeholder lain untuk turut
memanfaatkan keunikan bangunan tersebut melalui kegiatan city tour berbasis
kota sejarah. Pusat kota Pandeglang sendiri memang bernuansa kota bercorak
kolonial, yang dicirikan oleh keberadaan bangunan pemerintahan yang sekarang
dimanfaatkan untuk kantor Bupati, Makodim, Bale Budaya, kemudian juga ada
sebuah rumah makan yang semuanya berada di sekitar alun-alun kota. Kepala
Seksi Museum Kepurbakalaan (Kasi Muskala) Disbudpar Pandeglang Maman Nasih
berharap, Disbudpar Banten bisa mengalokasikan dana pemeliharaan BCB.
"Rencananya di sekeliling Menara Air akan dipagar setinggi 50 cm dan
diberi batu kecil untuk jogging track. Selain itu plang yang dipasang Disbudpar
Banten akan dipindahkan atau diperkecil, karena posisinya menghalangi
pandangan," paparnya.(ARI/ENK)
Bangunan ini
berbentuk slindrik yang berfungsi sebagai menara air (water tower) tinggi
bangunan ini sekitar 25 meter dengan diameter 4 meter.
Bangunan ini dibagi dua
bagian, bagian bawah terbuat dari batu kali yang disusun sedemikian rupa
terdapat pintu masuk yang terbuat dari besi dengan dua daun pintu yang
dibingkai dengan lengkung sempurna.
Bagian atas berbentuk
slindrik terbuat dari bahan semen. Bagaian atas digunakan untuk penampung air. Arsitekturnya dipengaruhi
gaya Eropa. Berfungsi sebagai penyedia air bersih di kota Pandeglang dan
sekitarnya. Berdinding tebal dan tinggi dengan bahan pondasi dari batu andesit/
batu kali. Plesteran terbuat dari bahan campuran pasir-kapur tanpa semen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar