Arsip Blog

Rabu, 17 Desember 2014

Menara Air Peninggalan Belanda di Pandeglang

Menara Air Kota Pandeglang
Ditengah kota Pandeglang, tepatnya di jalan Ciwasiat kelurahan Pandeglang kecamatan Pandeglang tidak jauh dari Masjid Agung Pandeglang terdapat bangunan berbentuk slindrik yang berfungsi sebagai menara air(water tower) merupakan hasil peninggalan pada masa pemerintahan kolonial. Tinggi bangunan ini sekitar 25m dengan diameter 4m. Pada awal tahun 2007 bangunan mirip thermos raksasa ini hampir dibongkar untuk pelebaran jalan, tetapi dapat dibatalkan. Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1884, bangunan yang hampir serupa terdapat di Kabupaten Lebak jarak tempuh untuk mencapai ke lokasi ini sekitar 25 km dari pusat Ibu Kota Provinsi Banten
Menara Air Pandeglang dibangun setahun setelah Krakatau meletus. 


Sebelumnya, Kondisi menara air sangat memperihatinkan, tidak terawat. Statusnya sebagai benda cagar budaya seperti hanya sebatas sebuah tulisan. Pemerintah sepertinya kurang peduli terhadap salat satu benda cagar budaya yang satu ini, lambat laun bangunan ini akan hilang dengan sendirinya ditelan zaman. kondisi bangunan masih utuh, tetapi tidak difungsikan lagi. Arsitekturnya dipengaruhi gaya Eropa. Bangunan ini diperkirakan berdiri pada sekitar tahun 1884. Berfungsi sebagai penyedia air bersih di kota Pandeglang dan sekitarnya. Bangunan serupa terdapat di Kota Rangkasbitung.
Bangunan ini sudah tidak difungsikan sejak tahun 1990-an (Sumber: Kepala PDAM Pandeglang). Berdinding tebal dan tinggi dengan bahan pondasi dari batu andesit/ batu kali. Plesteran terbuat dari bahan campuran pasir-kapur tanpa semen.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Pandeglang memutuskan untuk merenovasi bangunan Menara Air. Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah selesai merahabilitasi menara air berasal dari periode pemerintahan kolonial Belanda. Terletak di sudut kota yang agak tinggi, menara air yang sudah tidak berfungsi sebagai penampung air bersih di kota Pandeglang, akhir tahun 2013 kembali dipercantik. Keberadaannya sangat kontras dengan menara kembar Masjid Agung Ar-Rahman yang berada di sebelah barat laut, memberi nuansa sejarah pada kota yang pada tahun 1874 ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Pandeglang. Prakarsa Pemda ini mestinya menarik stakeholder lain untuk turut memanfaatkan keunikan bangunan tersebut melalui kegiatan city tour berbasis kota sejarah. Pusat kota Pandeglang sendiri memang bernuansa kota bercorak kolonial, yang dicirikan oleh keberadaan bangunan pemerintahan yang sekarang dimanfaatkan untuk kantor Bupati, Makodim, Bale Budaya, kemudian juga ada sebuah rumah makan yang semuanya berada di sekitar alun-alun kota. Kepala Seksi Museum Kepurbakalaan (Kasi Muskala) Disbudpar Pandeglang Maman Nasih berharap, Disbudpar Banten bisa mengalokasikan dana pemeliharaan BCB. "Rencananya di sekeliling Menara Air akan dipagar setinggi 50 cm dan diberi batu kecil untuk jogging track. Selain itu plang yang dipasang Disbudpar Banten akan dipindahkan atau diperkecil, karena posisinya menghalangi pandangan," paparnya.(ARI/ENK)
Bangunan ini berbentuk slindrik yang berfungsi sebagai menara air (water tower) tinggi bangunan ini sekitar 25 meter dengan diameter 4 meter.
Bangunan ini dibagi dua bagian, bagian bawah terbuat dari batu kali yang disusun sedemikian rupa terdapat pintu masuk yang terbuat dari besi dengan dua daun pintu yang dibingkai dengan lengkung sempurna.

Bagian atas berbentuk slindrik terbuat dari bahan semen. Bagaian atas digunakan untuk penampung air. Arsitekturnya dipengaruhi gaya Eropa. Berfungsi sebagai penyedia air bersih di kota Pandeglang dan sekitarnya. Berdinding tebal dan tinggi dengan bahan pondasi dari batu andesit/ batu kali. Plesteran terbuat dari bahan campuran pasir-kapur tanpa semen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar